Pandangan WALHI Jawa Timur Terhadap Persoalan Banjir di Kota Surabaya

Eri Cahyadi Walikota Surabaya Memantau Banjir

 

Surabaya, 20 April 2023

Sepanjang tahun 2024 Kota Surabaya menjadi salah satu wilayah di Jawa Timur yang merasakan langsung dampak perubahan iklim, yakni banjir. Cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin dengan curah hujan yang cukup tinggi berpadu dengan alih fungsi ruang telah mendorong meningkatnya intensitas bencana. Melalui hasil pemantauan dari informan masyarakat, observasi lapangan dan validasi melalui berita media, kami menemukan lebih dari 10 kejadian banjir di Kota Surabaya. Sebaran banjir tersebut terjadi pada wilayah Surabaya Timur, Selatan, Barat dan Tengah. Bencana tersebut berdampak langsung maupun tidak langsung pada kurang lebih lebih dari 10.000 warga kota, terutama pekerja, pelaku ekonomi menengah ke bawah.

Sebagai pendalaman, pada tanggal 17 Februari 2024, wilayah Surabaya bagian barat yakni di wilayah Pakal dilanda banjir. Menurut informan kami di wilayah tersebut, banjir disebabkan oleh hujan deras yang berlangsung sejak pukul 14.00 WIB hingga 18.00 WIB atau 4 jam. Akibatnya kawasan Pakal pada titik Jalan Pakal Madya Barat, Jalan Tengger Kandangan, dan Jalan Raya Jurang Kuping, terendam banjir kurang lebih setinggi 40 cm. Menurut informan kami bahwa banjir di wilayah Pakal tersebut merupakan kejadian banjir terparah dalam beberapa tahun terakhir, hal ini juga dapat divalidasi dari pewartaan suarasurabaya.net[1].

Kemudian pada tanggal 5 April 2024, Kota Surabaya kembali dilanda banjir cukup parah. Kejadian banjir tersebut melanda Dukuh Kupang. Menurut informasi dari informan kami bahwa hujan deras terjadi pada malam hari tanggal 4 April sekitar pukul 21.30 hingga 02.00 dini hari atau kurang lebih 5 jam. Peristiwa tersebut menyebabkan banjir hingga setinggi dada orang dewasa di wilayah Dukuh Kupang gang lebar. Merujuk pada hasil invetarisasi kejadian banjir dari pewartaan Jawapos.com[2], wilayah Dukuh Kupang memang sering dilanda banjir. Karena sudah menjadi langganan, akhirnya warga beradaptasi dengan meninggikan area depan rumah dan menaruh pembatas agar jika hujan lebat terjadi air sampai memasuki rumah. Tetapi, banjir yang terjadi kemarin benar-benar mengejutkan warga, air yang biasanya hanya mencapai lutut, terus naik hingga sedada orang dewasa.

Bukan Sekedar Problem Saluran Air

Sementara itu, merujuk pada keterangan resmi Pemkot Surabaya, bahwa banjir parah yang melanda Kota Surabaya, pada 17 Februari dan pada 4 April, terdapat 3  problem utama yang menjadi penyebab banjir,  pertama karena tumpukan sampah yang menghambat saluran air, kedua penyempitan saluran air akibat pelebaran jalan raya, dan ketiga belum tersedianya rumah pompa di wilayah tersebut.

Merujuk pada keterangan dari Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Surabaya menyatakan bahwa penumpukan sampah dan penyempitan saluran air akibat pelebaran jalan menjadi masalah utama yang menyebabkan banjir di awal tahun 2024. Wakil DPRD Kota Surabaya A.H Thony juga menyoroti perilaku membuang sampah di saluran air yang menjadi kebiasaan warga surabaya. Ia mengatakan jika budaya membuang sampah di sungai harus dihentikan, agar kota ini tidak akrab dengan banjir[3].

Di tahun ini Pemkot Surabaya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp. 776 miliar untuk mengatasi masalah banjir yang ada di Surabaya. Eri Cahyadi sendiri menargetkan surabaya bebas banjir pada tahun 2027, dibutuhkan anggaran sebesar Rp. 3,5 triliun untuk mencapai target ini, anggaran tersebut nantinya akan dialokasikan untuk pembangunan box culvert, perbaikan saluran primer dan pembangunan rumah pompa baru di kecamatan yang belum memiliki rumah pompa[4].

Menggapi persoalan tersebut, kami dari WALHI Jawa Timur menilai bahwa kejadian banjir yang terjadi di Kota Surabaya bukan semata-mata persoalan saluran air atau hal-hal teknis seperti pembangunan fasilitas fisik pengendali banjir. Perlu ditekankan bahwa solusi penanganan yang setiap tahun selalu berkutat pada perbaikan saluran air, penyediaan fasilitas rumah pompa dan penyediaan mobil pompa, hanya sebagai aspirin atau meredakan persoalan dalam jangka waktu singkat. Karena banjir terjadi setiap tahun menujukkan trend peningkatan baik dari segi kejadian maupun dampak. Meski Pemkot Surabaya sudah berusaha mengatasi persoalan tersebut, tetapi kami melihat belum ada kebijakan yang signifikan untuk menyelesaikan masalah ini.

Menurut kami, hal yang sering kali luput dalam pembahasan banjir di Kota Surabaya adalah alih fungsi tata ruang, penandanya adalah semakin menciutnya area resapan dan tangkapan air. Semakin berkurangnya area resapan dan tangkapan air telah meningkatkan resiko terjadinya banjir di suatu wilayah. Kota Surabaya yang menjadi pusat industri, perdagangan dan jasa di wilayah Jawa Timur telah berubah menjadi kota yang penuh sesak dengan pembangunan tidak terkendali serta menunjukkan buruknya perencanaan ruang dan dirusaknya paradigma tata ruang mengendalikan ekonomi, tetapi sebaliknya ekonomi mengendalikan dan mengatur tata ruang, sebagaimana hasil kajian assement kami berjudul “Pengantar Membaca Alih Fungsi Tata Ruang di Kota Batu dan Surabaya.”

Salah satu yang kami temukan sebelumnya adalah adanya perubahan pada lahan terbuka, terutama pada kawasan Surabaya Barat dan Timur yang secara intensif dan masif berubah menjadi perumahan elit. Area yang sebelumnya merupakan lahan hijau seperti area persawahan, area resapan alami seperti waduk dan kawasan mangrove telah hilang dan berganti menjadi perumahan elit. Sementara pada kawasan tengah, pembangunan tidak terkendali, betonisasi sampai ditempatinya sempadan sungai hingga saluran air untuk permukiman atau usaha menjadi penyumbang semakin rumitnya persoalan tata ruang di Surabaya.

Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana perubahan yang terjadi di wilayah Surabaya Barat khususnya di Kecamatan pakal dalam kurun 15 tahun terakhir, berkurangnya lahan terbuka telah menyebabkan wilayah ini menjadi daerah rentan banjir. Begitu Pula dengan wilayah dukuh kupang yang setiap tahun mengalami pertumbuhan penduduk, menjadikan wilayah ini juga rentan mengalami banjir, akibat menyempitnya lahan terbuka sebagai area pemukiman.

Kondisi ruang Dukuh Kupang 2006

Kondisi ruang Dukuh Kupang 2023

Kondisi ruang Pakal 2006

Kondisi ruang Pakal 2023

Harus Mulai Memikirkan Kebijakan Pemulihan

Pemerintah Kota tidak bisa menekankan banjir yang terjadi di Surabaya semata-mata terjadi karena penyempitan saluran air dan penumpukan sampah di aliran sungai, tetapi harus melihat lebih dalam mengenai bagaimana pola peruntukan lahan yang ada di Wilayah kota surabaya. Pembangunan box calvert, rumah pompa dan mobil penyedot air hanya menjadi solusi sementara, tetapi tidak menyentuh akar permasalahan, yaitu menyempitnya lahan terbuka yang menyebabkan peningkatan resiko banjir.

Problem banjir kita tahu bersama sebagai bagian dari dampak perubahan iklim yang berpadu dengan perubahan tata ruang atau disebut sebagai hydrometeorogical hazard atau bahaya hidrometeorologi. Perlu diketahui bahwa untuk menangani persoalan tersebut dibutuhkan kebijakan yang benar-benar memulihkan, dalam hal ini berperspektif penyelamatan ruang tersisa serta upaya memulihkan ruang hijau yang kritis, serta mengerem alih fungsi ruang. Selain dapat mengurangi perlahan dampak banjir di masa depan, juga dapat mengurangi emisi karbon yang diakibatkan pembangunan masif.

Selain itu juga, penting untuk memulai perubahan paradigma dalam mengatasi persoalan banjir yang ada di Surabaya, Pemerintah Kota harus menekan rem untuk memperlambat laju pembangunan kota yang diakibatkan oleh ketimpangan ekonomi. Selain harus meninjau kembali kebijakan tata ruang kota sesuai dengan analisis resiko, sehingga tercipta paradigma pembangunan yang humanis, berperspektif lingkungan dan berkelanjutan. Pemerintah Kota Surabaya harus mendorong perubahan bersama dengan wilayah lainnya serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat untuk mendorong pengurangan ketimpangan ekonomi yang menjadi akar dari menumpuknya penduduk di Kota Surabaya.

[1] https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2024/warga-pakal-madya-surabaya-sebut-banjir-semalam-terparah/.  Diakses pada 13:51

[2] https://www.jawapos.com/surabaya-raya/014523005/kondisi-dukuh-kupang-gang-lebar-surabaya-terimbas-banjir-warga-jemur-kasur-hingga-buku-sekolah. Diakses pada 14:12

[3] https://www.antaranews.com/berita/4060482/dprd-surabaya-penanganan-banjir-harus-diiikuti-peningkatan-kesadaran-warga . Diakses pada 14:49

[4] https://radarsurabayabisnis.jawapos.com/infrastruktur/2183792188/targetkan-2027-surabaya-bebas-genangan-dan-banjir-segini-anggaran-yang-disiapkan-pemkot. Diakses pada 20:15

 

Contact Person

Lucky Wahyu Wardana (WALHI Jatim)

085808739095- luckywalhijatim@walhi.or.id

 


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *