26 Juli 2025
Plastic Free July atau Juli Bebas Plastik merupakan gerakan kampanye pengurangan plastik sekali pakai yang dipelopori oleh Rebecca Prince-Ruiz. Bermula pada tahun 2011 di Australia Barat, gerakan ini diperingati selama satu bulan penuh mulai dari tanggal 1 hingga 30 Juli. Ajakan untuk mengurangi dan menolak penggunaan plastik sekali pakai dalam gerakan Plastic Free July telah berkembang sebagai gerakan global tahunan yang menjangkau lebih dari 120 juta orang di dunia dan 90 negara. Gerakan ini menawarkan “choose to refuse” mengajak orang-orang untuk mengurangi plastik sekali pakai seperti mengganti kresek dengan tas belanja, membawa botol minum, wadah makan, dan menolak menggunakan sedotan plastik.
Dalam konteks nasional, gerakan Plastic Free July mulai marak digagas oleh beragam komunitas dalam berbagai macam kegiatan, seperti aksi penanaman pohon, bersih sungai dan laut, rampok kresek, pawai bebas plastik, hingga ragam seruan kampanye digital. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Nasional, Indonesia mempunyai target penanganan sampah sebesar 70% dan target pengurangan sampah oleh produsen sebesar 30% pada tahun 2025. Peringatan Juli Bebas Plastik kemudian tidak hanya sebuah peringatan seruan, melainkan menjadi momen untuk bergerak dalam mendorong komitmen pemerintah dalam upaya pengurangan sampah plastik, serta tekanan bagi produsen untuk mengurangi produksi sampah plastik seperti saset dan kemasan sekali pakai lainnya.
Ketergantungan Plastik Sekali Pakai
Plastik sekali pakai saat ini menjadi permasalahan global, karena produksi plastik yang terus meningkat tiap tahunnya menyebabkan pencemaran di segala lini. Plastik dijadikan barang primer yang diproduksi dalam segala aspek kehidupan, mulai dari produk kemasan makanan dan minuman, perabotan rumah tangga, alat mandi, kosmetik, skincare, dan lain sebagainya yang acap kali barang-barang tersebut mengandung mikroplastik yang berukuran sangat kecil.
Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Indonesia (INAPLAS) menyatakan bahwa 65% konsumsi plastik nasional masih didominasi oleh plastik sekali pakai. Jumlah tersebut tergolong sangat tinggi mengingat karakter plastik sekali pakai yang memerlukan waktu beratus hingga ribuan tahun untuk terurai secara alamiah. Dalam kasus ini, produsen memainkan peran penting dalam produksi plastik sekali pakai. Biaya produksi yang rendah dan kepraktisan plastik sekali menjadi alasan utama produsen tetap memilih untuk berulang kali memproduksinya. Meski dampak yang dihasilkan dalam pencemaran lingkungan adalah hal serius. Plastik sekali pakai yang terus menerus diproduksi inilah yang menyumbang timbulan sampah sebesar 19,76% dan menjadi yang terbesar kedua setelah sampah sisa makanan.
Dalam konteks perkotaan Surabaya, jumlah timbulan sampah tahunan mencapai lebih dari 650 ribu ton. Angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka pengurangan sampah tahunan yang tidak lebih dari 35 ribu ton. Timbulan sampah yang terus muncul tiap hari tentunya akan terus membludak. Sementara itu fasilitas akhir jumlahnya hanya ada satu di Surabaya, yaitu TPA Benowo.
Masalah Plastik Adalah Tanggung Jawab Bersama
Masalah plastik sekali pakai dan upaya pengurangannya telah lama menjadi isu global. Namun, solusi alternatif yang ditawarkan kerap kali belum mampu mengurangi masalah tersebut. Masyarakat tidak mempunyai pilihan, selain mengikuti produk yang disediakan oleh pasar. Kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai tidak seimbang dengan alternatif pengganti plastik sehingga aturan hanya berhenti sebagai aturan, tanpa menunjukkan implementasi pengurangan yang signifikan.
Menurut kajian perspektif publik yang dilakukan oleh Greenpeace, produsen menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengurangan plastik sekali pakai. Masyarakat sebagai konsumen berada di urutan kedua karena minimnya alternatif yang dapat dipilih untuk mengurangi penggunaan plastik.
Di antara produsen dan konsumen inilah seharusnya pemerintah hadir membawa regulasi yang ketat serta menyediakan alternatif lain untuk mengurangi plastik. Sinergitas semacam ini seringkali absen hampir dalam setiap kebijakan yang disusun oleh pemerintah. Produsen, masyarakat dan pemerintah harus memandang plastik sebagai masalah bersama. Sehingga tanggung jawab masalah plastik tidak hanya dibebankan kepada salah satu pihak saja. Produsen yang telah memproduksi dan mendistribusikan plastik harus tetap melakukan tanggung jawab pasca produksi yaitu dengan melaksanakan dan melaporkan peta jalan pengurangan sampah sesuai dengan Permen LHK Nomor P.75 Tahun 2019 tentang Pengurangan Sampah Oleh Produsen.
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu transparan dalam melaporkan perkembangan pengurangan sampah yang dilakukan oleh perusahaan dan tegas dalam mendorong pelaporan peta jalan pengurangan sampah. Pemerintah juga perlu menerapkan kebijakan yang lebih solutif ketimbang sekedar menerbitkan aturan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. Salah satunya dengan penyediaan fasilitas isi ulang air minum di ruang-ruang publik. Dengan demikian, masyarakat mempunyai alternatif lain ketika sudah beralih dari plastik sekali pakai ke guna ulang.
Ajakan untuk Bertindak
Hal terpenting yang harus kita sadari adalah, permasalahan plastik yang kita timbulkan telah menyebabkan kerusakan bagi lingkungan, pencemaran ekosistem dan kematian biodiversitas. Sungai yang tercemar sampah plastik, makhluk hidup yang terpapar mikro plastik , hingga perilaku membuang sampah sembarangan di sepanjang jalan adalah puncak gunung es dari masalah ini. Tentunya masalah yang telah kita mulai harus kita perbaiki.
Plastic Free July menjadi momen bagi semua mulai membiasakan diri mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Memakai kantong belanja pribadi, membawa bekal makanan, serta tumbler minum saat berpergian, adalah sebuah langkah “memilih untuk menolak” menggunakan plastik sekali pakai yang hanya berakhir sebagai sampah. Sekaligus protes atas abainya pemerintah dan produsen dalam komitmen pengurangan plastik. Mari kurangi plastik dari sumbernya dan buktikan bahwa hidup bisa asik tanpa plastik! No More Plastic In Your Life.
*Penulis: Nabila Putri
Saat ini bekerja di WALHI Jawa Timur sebagai staf program. terutama berkaitan dengan advokasi kebijakan sampah, zero waste dan riset.