Menitipkan Sepucuk Harapan di Tangan Tuhan

Oleh: Suwarno 

Dibacakan sebagai pembelaan saat agenda pledoi

Kepada majelis hakim Pengadilan Negeri Banyuwangi, jaksa penuntut umum dan penasehat hukum yang sangat saya hormati. Pertama-tama saya sampaikan rasa syukur saya terhadap Allah SWT karena hingga saat ini saya masih diberi nafas dan diberi kekuatan untuk menghadapi semua ini.

Sudah begitu panjang perjalan persidangan yang begitu sangat melelahkan bagi saya hingga akhirnya tiba saatnya saya mendapat kesempatan menyampaikan pembelaat terhadap diri saya.

Saya terlahir dari keluarga petani dan hingga saat ini saya juga masih bertani, perjalanan perjuangan yang begitu panjang bagi para petani di desa saya yang mendesak saya untuk melanjutkan perjuangan warga untuk mendapatkan pengakuan atas tanah yang terjadi selama itu dan bahkan sudah terjadi sebelum saya dilahirkan. 

Saya hanya melanjutkan perjuangan terdahulu walau perjalanan tak selalu berbuah manis, banyak tuduhan tuduhan yang terlempar terhadap diri saya yang seolah-olah sayalah asal muasal konflik agraria di desa ini padahal sebenarnya konflik agraria ini sudah ada semenjak saya belum ada di dunia ini yang nyatanya belum terselesaikan hingga saat ini. 

Kami terombang-ambing oleh surat-surat yang dikeluarkan oleh instansi-instansi terkait yang di lain sisi memberikan secerca harapan bagi kami dan di sisi lain juga memusnahkan harapan kami para petani. Akibat dari konflik yang tidak kunjung usai maka banyak hal yang terjadi yang di kalangan masyarakat dengan pihak lawan. 

Saya yang tidak tahu cara untuk menyelesaikan konflik ini berusah mencari tau cara untuk menyelesaikannya dan meminta intsansi-instansi terkait untuk menyelesaikan konflik ini, tapi yang membuat sedih adalah saya mendapat tuduhan menyebar berita bohong oleh orang yang sebegitunya membenci saya.

Tidak pernah sedikitpun terlintas dibenak saya pada malam itu akan menjadi awal dari kehidupan yang suram bagi saya. Saat itu saya ditangkap di jalan oleh sekelompok orang yang tidak saya kenal dan saya tidak tahu harus bagaimana untuk memberi tahu kepada keluarga. 

Setelah itu saya dibawa ke Polresta Banyuwangi kemudian dibawa ke Polda jawa timur. Semakin kebelakang pikiran saya semakin bingung karena malam itu juga adalah malam terakhir saya menginjakkan kaki saya di rumah dan juga menjadi malam terakhir saya berkumpul dengan keluarga tercinta. 

Setelah saat itu saya menjalani hidup yang berbeda dari yang sebelumnya dan saya harus menjalani hidup di ruang berjeruji besi dengan kebebasan yang hilang dalam sekejap. Setiap hari hati saya hancur ketika mengingat istri dan anak-anak yang seharusnya saya nafkahi, karena saya menjadi tulang punggung keluarga, tetapi saya sedih sebab sekarang tidak bisa memberi nafkah terhadap keluarga.

Selama perjalanan hidup yang berbeda ini banyak pertanyaan terkait sesuatu yang sudah lama kejadiannya yang harus saya jawab, namun bagi saya tidak mudah mengingat kejadian yang sudah lama itu apalagi di kondisi pikiran yang masih kacau.

Persidangan yang sudah berjalan dengan seiringnya waktu hingga tiba saatnya pembacaan tuntutan oleh jaksa yang terhormat dengan tuduhan penyebarkan berita bohong sehingga menyebabkan keonaran. Dari tuduhan itu saya dituntut 6 tahun oleh para jaksa yang terhormat. Mendengarkan tuntutan itu hati saya semakin pedih hingga saya semakin tidak berdaya dan bahkan hampir putus asa. 

Tetapi saya harus tetap tegar menghadapi tuduhan-tuduhan yang benar-benar tidak saya lakukan dan tidak ada sedikitpun niatan untuk melakukannya, ketegaran itu harus selalu saya jaga karena anak-anak dan istri  saya masih berharap secepatnya saya kembali ke pelukan mereka.

Dengan sepucuk surat harapan ini saya masih yakin jika Allah tidak akan diam melihat semuanya ini. Allah yang maha mengetahui segalanya. Saya meyakini bahwa harapan-harapan kita semua akan terwujud di tangan Allah dan keadilan untuk kami akan segera diwujudkan. 

Keadilan di mana masyarakat Desa Pakel diberikan hak atas tanahnya dan dihindarkan dari gangguan serta kesusahan, karena kami sudah cukup menderita selama ini.