Menerapkan Zero Waste Lifestyle untuk Mengurangi Sampah Plastik

Oleh: Khoirurroziqin

Dewasa ini, permasalahan lingkungan hidup menjadi isu yang sedang hangat-hangatnya untuk terus diulas dan didiskusikan bersama. Permasalahan lingkungan hidup menyangkut masa depan kehidupan manusia di bumi. Usia bumi yang semakin tua maka semakin banyak pula problematikanya. Dari sekian isu lingkungan hidup di antaranya adalah tingkat polusi di Jakarta yang sudah di atas ambang batas normal. Hal ini yang melatarbelakangi teman-teman Wahana Lingkungan Hidup atau biasa disingkat WALHI untuk mengajukan gugatan kepada beberapa orang yang patut untuk bertanggungjawab. Selain masalah polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.

Ada pula isu lingkungan hidup berupa sampah plastik. Permasalahan sampah plastik memang sangat kompleks. Mau tidak mau harus segera ada solusi terbaik bagi seluruh elemen kehidupan di bumi. Kalau tidak segera di atasi, sampah bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan kehidupan makhluk hidup di bumi. Sampai detik ini, sampah plastik sebagian sudah sampai ke lautan, dan banyak sekali kasus yang berkaitan dengan hewan-hewan di lautan. Seperti ikan Paus yang mati dan terdampar di suatu pantai. Setelah perutnya dibedah oleh penduduk setempat, ditemukan banyak sekali sampah plastik di dalamnya.

Kemudian ada pula kasus penyu yang hidungnya tertancap sedotan plastik sampai kesakitan. Sampai sedotan itu bisa dicabut, harus dilakukan operasi yang membuat siapa pun orang yang melihat kejadian ini diharapkan untuk segera bertaubat untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik sekali pakai. Betapa penyu yang lucu itu harus menahan kesakitan, dan dari hidungnya terus mengeluarkan darah. Ini masih dua contoh betapa sampah plastik sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi.

Dua contoh di atas yaitu Ikan Paus dan Penyu adalah contoh yang bisa diketahui banyak orang Padahal masih banyak kasus yang disebabkan sampah plastik di lautan yang belum diketahui publik. Hal ini dikorelasikan dengan situasi dan kondisi terkini sampah plastik di Indonesia. Bahwasanya Indonesia adalah penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia. Kemudian baru-baru ini terungkap kasus kalau Indonesia ternyata juga dijadikan tempat sampah oleh negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat. Sangat miris sekali, Indonesia sudah peringkat kedua penghasil sampah plastik di dunia, ditambah lagi kiriman sampah dari luar negeri.

Dari berbagai permasalahan lingkungan hidup berupa sampah plastik maka sudah ada alasan untuk menunda mengubah gaya hidup yang konvensional yaitu membuang sampah pada tempatnya mulai diganti dengan tidak menghasilkan sampah plastik apapun. Memang bukan hal yang mudah tetapi juga bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Ini hanya soal kebiasaan. Banyak sekali kawan-kawan pencinta alam mengadakan acara bersih-bersih.

Zero Waste Sebagai Lifestyle

Tindakan kuratif berupa bersih sampah di sungai atau bersih sampah di gunung apabila tidak dibarengi dengan pencegahan. Maka hasilnya tidak efektif. Adagium mencegah lebih baik dari pada mengobati juga bisa diterapkan dalam gaya hidup Zero Waste, mencegah atau preventif yaitu menahan diri untuk tidak menggunakan bahan-bahan plastik sekali pakai, karena bahan-bahan plastik ini sangat lama terurai. Ada pula bahan-bahan plastik yang tidak bisa terurai.

Hanya perlu merubah gaya hidup sedikit demi sedikit dan perlu adanya komitmen. Maka Zero Waste Lifestyle bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya mulai membawa wadah makan untuk membeli makanan di warung, supaya nasinya dan lauknya tidak dibungkus dengan plastik. Kemudian mulai membiasakan membawa tumbler atau botol minuman untuk menggantikan botol minuman berkemasan sekali pakai.

Tentu juga mulai dibiasakan memakai sedotan stainless atau bambu untuk menggantikan sedotan plastik sekali pakai. Bisa juga mulai membiasakan diri untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai dengan menggunakan tas kain atau tote bag yang bisa digunakan berkali-kali. Memulai dengan langkah kecil seperti hal-hal tersebut bisa ikut serta dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan pada akhirnya akan berdampak besar untuk bumi ini. Hal besar dimulai dari hal-hal kecil yang konsisten dilakukan.

Gaya hidup Zero Waste tidak hanya berefek untuk lingkungan saja, tetapi juga bisa membuat kita untuk menghemat pengeluaran. Istilahnya adalah efisiensi anggaran belanja. Seumpama pas kita lagi di luar rumah tetapi tidak membawa tumbler maka dengan adanya komitmen, kita tidak akan membeli air minum dalam kemasan dan efek dominonya kita bisa menabung dari uang yang tidak jadi kita belikan air dalam kemasan yang harganya tidak seberapa. Tapi harus berpikir jauh ke depan efek negatif botol air minum berkemasan untuk lingkungan. Dan masih banyak lagi cara untuk menabung, efek domino kalau bisa menerapkan diet sampah plastik.

Budaya Masyarakat Indonesia Sudah Zero Waste

Perlu diketahui bahwasanya masyarakat Indonesia tanpa disadari sejak zaman dulu sudah menerapkan gaya hidup Zero Waste, tetapi karena efek negatif kapitalisme global membuat masyarakat Indonesia sekarang ini lupa akan identitasnya, secara tanpa disadari telah meninggalkan budaya leluhur yang itu sangat baik. Pada zaman nenek moyang dulu, untuk menghormati tamu, dibuatkan teh atau kopi dalam teko dan disediakan pula gelas kecil kaca untuk menuangkan teh atau kopi. sedangkan, sekarang ini dengan alasan praktis dan tidak repot. Masyarakat Indonesia membeli air minum dalam kemasan.

Masyarakat Indonesia harus diberikan edukasi secara beertahap untuk beralih membeli air minum atau mungkin teh dan kopi dalam ukuran kecil untuk menyuguhkan kepada tamu. Memang praktis dan kita tidak repot untuk mencuci gelas dan teko. Tetapi secara tidak sadar, kita pasti menghasilkan minimal satu plastik dan sedotan sekali pakai. Ini masih satu keluarga belum keluarga yang lainnya. bisa dibayangkan dan dijadikan bahan kontemplasi.

Ada kabar bahagia dari beberapa kawan-kawan yang pada tanggal 21 Juli 2019 mengadakan acara say no to plastic di beberapa daerah di Indonesia. Gerakan menolak plastik sekali pakai dan memulai untuk hidup Zero Waste semakin hari harus semakin aktif dan masif. Ada beberapa warung kopi yang sudah memulai menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Beberapa Kementerian seperti Kementerian Perikanan dan Kelautan melarang seluruh jajarannya menggunakan berbagai bahan yang terbuat dari plastik. Para karyawan di beberapa perusahaan atau kantor juga sudah dibiasakan untuk membawa sendiri bekal atau wadah yang tidak sekali pakai.

Ayo teman-teman, mulai dari kebiasaan kecil untuk terus melindungi dan melestarikan kehidupan di bumi. Bumi bukan warisan dari nenek moyang, tetapi apa yang bisa kita wariskan untuk anak cucu kita sepuluh tahun ke depan kalau tidak bumi yang hijau, segar dan nyaman untuk ditinggali.