Jika Waduk Menghilang, Kebudayaanpun Hanya Bisa Dikenang

Bulan ini dalam kalender jawa adalah bulan Ruwah, bulan sebelum bulan pasa atau bulan ramadhan. Ruwah memiliki arti arwah atau roh leluhur. Arti kata arwah inilah yang mendasari bulan ini dijadikan sebagai bulan untuk mengenang arwah leluhur.  Biasanya, Bulan ini dalam tradisinya masyarakat jawa mengadakan tradisi Ruwahan.  Sebuah Tradisi untuk melambangkan pensucian diri atau kolektif, serta bentuk rasa suka cita karena diberikan kesempatan untuk merasakan bulan suci Ramadhan. Hal ini juga yang dilakukan oleh Warga Kampung Sepat, Kelurahan Lidah Kulon, Kecamatan Lakasantri, Surabaya. Sebagai wujud syukur dan mengenang leluhurnya, warga Kampung Sepat mengadakan sedekah waduk. Minggu,21/05/2017.

Matahari bersinar begitu terik, angin yang berhembuspun seakan tidak bisa meredakan kegerahan udara siang itu. Terlihat beberapa warga sudah mulai berkumpul di tenda perjuangan. Jumlahnya tidak banyak, kira-kira dalam kisaran puluhan orang saja. Warga yang datang juga tidak lupa membawa tumpeng  atau makanan lainnya, seperti buah-buahan, jajanan, atau lauk pauk untuk disajikan dalam acara sedekah waduk ini.

Rokhim selaku ketua organisasi LPBP atau Laskar Pembela Bumi Pertiwi, Selaku organisasi warga Sepat, mulai membuka acara tersebut. Kalimat pembakar semangat terlontar dalam sambutan yang dia berikan. Rokhim meminta agar warga Kampung Sepat tetap semangat mempertahankan Waduk Sepat ini.

“Selain untuk mengucap syukur kepada Allah SWT, semoga Allah juga mengabulkan doa-doa kita terkait waduk sepat ini. Semoga sengketa waduk Sepat ini bisa dimenangkan oleh warga dan waduk bisa berfungsi kembali untuk kepentingan warga. Jika waduk ini menghilang, kita hanya mewariskan bencana kepada anak cucu kita”, Ujar Rokhim saat membuka acara sedekah waduk.

Rokhim juga mengungkapkan bahwa acara ini tidak hanya wujud syukur warga terhadap Allah Swt, tapi warga ingin menunjukkan bahwa warga Kampung Sepat masih terus memperjuangkan waduknya agar bisa dimanfaatkan kembali.

Namun ada yang berbeda dari sedekah waduk tahun ini. Sedekah waduk tahun ini tidaklah semeriah pada tahun 2014 lalu. Hal itu disebabkan, sejak 14 april 2015, PT Ciputra Surya memagari keliling seluruh areal waduk. Pemagaran tersebut tidak hanya berimbas pada warga yang kehilangan akses terhadap waduk, pemagaran tersebut juga menyebabkan perpecahan antar warga sendiri.

“Dulunya kalau acara sedekah waduk seperti ini pasti ramai sekali warga yang hadir. Semenjak waduknya dipageri, jumlah orang yang ikut acara sedekah waduk jadi berkurang. Warga jadi terpecah belah, karena ada yang setuju waduknya dijadikan perumahan dan ada yang tidak setuju”, Kenang Dian Purnomo salah satu warga Kampung Sepat yang ikut dala acara sedekah waduk.

Selain menimbulkan perpecahan antar warga, pemagaran waduk juga menyebabkan hilangnya kesan sacral dalam acara sedekah waduk. Acara seperti tabur bunga mengelilingi waduk dan ritual doa ditengah tanggul waduk kini telah menghilang. Tidak hanya acara ritual yang hilang, acara-acara hiburan yang bisa digunakan untuk menjadi sarana mempersatukan warga, seperti lomba memancing, lomba tari remo, dan wayang kulit tinggallah sebuah cerita untuk dikenang.

“Sekarang acaranya tumpengan diluar waduk, kalau tumpengannya di  tanggul tengah sana. Sekarang acara seperti lomba memancing, tari remo, pertunjukan wayang kulit juga sudah tidak ada lagi”, Tambah Dian

 

 

Hilangnya Tempat Ibadah Masyarakat

Sejak Ramadhan tahun 2015, Warga disekitar Waduk Sepat melakukan sholat tarawih di posko perjuangan. Hal ini dikarenakan, mushola yang dibangun warga masuk ke dalam area waduk yang dipagari oleh PT Ciputra Surya.

“Dulu kita tarawihnya di mushola yang ada didalam area waduk itu. Tapi sekarang kan waduk sudah dipagari dan musholanya berada di dalam area yang dipagari, jadi warga sudah  tidak bisa menggunakan mushola itu”, Ujar Darno salah satu warga Kampung Sepat yang ikut gotong royong memperlebar terop di Posko Perjuangan.

Beberapa warga terlihat sedang bergotong royong memperlebar terop atau tenda posko perjuangan warga Kampung Sepat. Posko perjuangan tersebut nantinya akan digunakan untuk sholat tarawih warga sekitar waduk Sepat.

“Dari pengalaman sholat tarawih bulan ramadhan sebelumnya, banyak warga yang melakukan sholat tarawih di posko ini, Makanya terop di posko kita perlebar. supaya nantinya bisa menampung banyak warga yang ingin tarawih disini”, Tambah Darno.