Puluhan orang yang tergabung dalam Koalisi JELAGA (Jawa Timur Peduli Agraria) berjalan kaki dari Tugu Pahlawan menuju ke Gedung DPRD Provinsi Jawa Timur dan Kantor Gubernur Jawa Timur, Kamis (13/4/2017). Sesampainya di Depan Gedung DPRD Jawa Timur, peserta aksi melakukan orasi dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Aksi ini merupakan bentuk solidaritas Koalisi JELAGA kepada masyarakat Kendeng yang sedang bekonflik dengan PT Semen Indonesia. Selain itu, ini adalah bentuk tuntutan agar pemerintah Provinsi Jawa Timur lebih perduli dengan kasus-kasus agraria yang ada di Jawa Timur.
“Aksi ini merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung selama 4 hari, 3 hari diskusi terkait isu perampasan ruang hidup oleh industri ekstraktif, masalah pertanian, masalah urban. Aksi terakhir ini merupakan puncak kegiatan, yang menyuarakan terkait kasus-kasus agrarian serta kehancuran ekologi oleh negara dan korporasi.”
Setelah melakukan orasi dan menyanyikan lagu perjuangan, pihak Pemerintah DPRD Provinsi Jawa Timur menerima perwakilan peserta aksi untuk melakukan dialog bersama. Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu setengah jam, menimbulkan rasa kekecewaan kepada para perwakilan dari peserta aksi. Perwakilan dari DPRD Provinsi Jawa Timur tidak bisa memberikan jawaban atas penyelesaian kasus-kasus agrarian yang terjadi di Jawa Timur
“Setelah audiensi dengan pihak DPRD, ternyata kita tidak ditemui oleh komisi A yang bergerak di bidang lingkungan. Namun oleh komisi C yang bergerak dibidang ekonomi, jadi tidak sesuai. Jawaban mereka juga normatif, hanya formalitas belaka.” Ujar Wahyu Eka S selaku Kordinator Lapangan aksi Jatim Peduli Agraria
Merasa aspirasinya tidak terpenuhi, peserta aksi bergerak menuju ke Kantor Gubernur Jawa Timur untuk menemui Gubernur Jawa Timur, Sukarwo. Namun, peserta aksi harus menelan kekecewaan lagi. Gubernur atau Wakil Gubernu tidak menemui mereka.
“Saya mewakili bapak Gubernur dan Wakil Gubernur ingin menyampaikan bahwa hari ini bapak Gubernur dan Wakil Gubernur tidak bisa menemui. Bapak Gubernur sedang ada tugas di luar kota, sementara Wakli Gubernur juga sedang mengunjungi korban longsor di Ponorogo,”Jelas Setio Budi Wahono selaku Kasi Opsdal Satpol PP Pemrov Jatim,” Imbuh Wahyu
Didepan halaman Kantor Gubernur Jawa Timur peserta aksi melakukan aksi-aksi kreatif, seperti teatrikal dan membaca puisi.
Krisis Ekologi Di Jawa Timur
Berdasarkan data WALHI Jawa Timur di tahun 2016 ada 127 kasus ekologi yang terjadi di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konflik ekologi di Jawa Timur sangat tinggi. . Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada luasan lahan pertambangan yang ada di Jawa Timur. Jika di tahun 2012 luas lahan pertambangan di jawa timur hanya 86.904 hektar, sedangkan di tahun 2016 menjadi 551.649 hektare. Artinya, kenaikan jumlah lahan pertambangan di Jawa Timur mencapai angka 535% dalam kurun 4 tahun
“Perluasan lahan pertambangan di Jawa Timur mendorong meningkatnya konflik agrarian dan sosial ekologis. Misalnya di pesisir selatan Jawa Timur yang diproyeksikan menjadi sentra investasi pertambangan, sepanjang 2015 hingga 2016 konflik berbasis kasus pertambangan terus mengemuka. Oleh sebab itu, pembangkangan hukum dan pembiaran terhadap konflik-konflik agrarian dan ekologi tidak bisa dibiarkan,” Ungkap Rere Christanto selaku Direktur Esekutif WALHI Jawa Timur.
Rere juga menambahkan Jika program Nawacita Presiden Jokowi dianggap sebagai jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka harus segera dilakukan perubahan dalam kerja-kerja pemerintah terutama terkait agrarian dan keselamatan ekologi.
“Jika tidak ada perubahan yang berarti dalam kepastian hukum terhadap petani dan rakyat kecil, dan membiarkan terjadinya konflik-konflik agrarian dan kerusakan ekologi, maka sesungguhnya Presiden Jokowi telah gagal menggenapi Nawacitanya dan negara kembali absen dalam membela rakyatnya,” Tambah Rere
Koalisi JELAGA merupakan kumpulan dari beberapa organisasi yang ada di Jawa Timur, antara lain WALHI Jatim, LBH Surabaya, KONTRAS Surabaya, GMNI Surabaya, BEM Fisip Unair, BEM UNESA, FNKSDA Surabaya, Aliansi Literasi Surabaya, IMM Surabaya, SLH Saunggalih Pasuruan, LDF, IMM Surabaya, SMI Surabaya, LAMRI Surabaya, Papanjati, Pendowo Bangkit, Paguyuban Warga Morokrembangan, PW Stren Kali Surabaya, dan LPBP Sepat. Aksi ini merupakan kelanjutan dari aksi-aksi sebelumnya yang dilakukan di Taman Apsari Surabaya.