Perhutani Akui Sulit Kendalikan Alih Fungsi Hutan di Ijen

-var-www-html-kbr.id-layouts-uploads-thumb-Alih fungsi hutan+Ijen+Friska Kalia+Bondowoso_740x450TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Perum Perhutani KPH Bondowoso, Jawa Timur, mengaku kesulitan mengendalikan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian yang terjadi di lereng Gunung Ijen.

Wakil Administratur Perum Perhutani KPH Bondowoso, Akhmad Faisal mengungkapkan, meski sudah mengetahui adanya alih fungsi hutan sejak lama, pihaknya mengaku menertibkan masyarakat masih menjadi pekerjaan berat bagi Perhutani.

“Kalau Perhutani mengacu ke aturan, secara teknis sudah punya data soal alih fungsi itu. Kita tidak pernah melakukan pembiaran, tapi memang ini pekerjaan yang tidak mudah,” kata Akhmad Faisal, Selasa (17/5/2016).

Diakui Faisal, bukan hal yang gampang memberikan pengertian kepada Masyarakat Desa Hutan (MDH), tentang dampak penanaman yang tak sesuai aturan. Apalagi diketahui mayoritas lahan dimodali oleh pengusaha besar.

“Kasusnya selalu sama. Misalnya ada petak yang sudah diploting untuk ditanami, tapi oleh masyarakat tanaman itu dicabut bahkan diganti. Harusnya dipupuk tapi justru dibiarkan,” ungkap Faisal.

Seperti diberitakan sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, menuding lemahnya pengawasan yang dilakukan Perhutani, menjadi penyebab utama banyaknya alih fungsi hutan di lereng Gunung Ijen.

Direktur Eksekutif Walhi Jatim, Ony Mahardika mengatakan, Perhutani harus bertanggung jawab atas beralihnya 800 hektar dengan melakukan penataan hutan kembali, agar masyarakat tidak menjadi korban.

“Biang kerok persoalan hilangnya kawasan hutan itu ya Perhutani. Tentu perhutani tidak boleh lepas tangan. Mereka pasti tahu bagaimana hutan itu dibongkar kemudian dijadikan lahan pertanian. Dan pasti mereka juga dapat  setoran di bawah,” kata Ony Mahardika

(c) TimesIndonesia