Lahan Pertanian di Kota Madiun Menyusut

rumah-14Madiun (Antara Jatim) – Luas lahan pertanian di Kota Madiun, Jawa Timur, terus menyusut akibat alih fungsi lahan yang digunakan untuk bangunan perumahan dan pertokoan.

Wali Kota Madiun Bambang Irianto, di Madiun, Rabu, mengatakan, setiap tahun diperkirakan luas lahan pertanian di Kota Madiun berkurang 5 hingga 10 persen.

“Memang, lahan Kota Madiun setiap tahunnya berkurang hampir lima persen. Penyusutan lahan ini tidak bisa dihindari, pasti berkurang untuk perkembangan ekonomi. Makanya, kita terus mengadakan penyuluhan secara terus-menerus agar petani yang ada selalu berinovasi dengan keterbatasan lahan yang tersedia,” ujar Bambang usai acara panen padi dengan “system of rice intensification” (SRI) di Kelurahan Nambangan Lor, Kecamatan Mangunharjo, Kota Madiun.

Data Dinas Pertanian setempat mencatat, lahan pertanian yang ada di Kota Madiun saat ini mencapai 1.050 hektare. Jumlah tersebut terus menyusut dari tahun 2011 yang masih mencapai 1.067 hektare.

Untuk menekan alih fungsi lahan, lanjutnya, Pemkot Madiun sudah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang (RTRW) Wilayah Kota Madiun tahun 2010 hingga 2030. Namun penyusutan lahan pertanian tetap terjadi secara signifikan setiap tahunnya.

“Dalam perda tersebut terdapat lahan abadi yang dilarang untuk dialihfungsikan, yakni seluas 444 hektare hingga tahun 2030,” terang Bambang.

Adapun, wilayah yang ditetapkan untuk pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan (sawah) sebagai lahan pertanian berkelanjutan, terdapat di daerah Kelurahan Kejuron, Pangongangan, Demangan, Kuncen, Josenan, Manguharjo, Kelun, Tawangrejo, dan Rejomulyo.

Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas pangan terlebih padi, Pemkot Madiun dan kelompok tani setempat terus berinovasi di bidang pertanian meski lahan pertanian terus berkurang.

Salah satunya, yang dilakukan Kelompok Tani Subur di Kelurahan Nambangan Lor, Kecamatan Manguharjo, dengan teknologi “system of rice intensification” (SRI).

“Dengan teknologi SRI, Kota Madiun bisa meningkatkan produktivitas padi yang mencapai 10 ton per hektarenya. Sedangkan sistem konvesional hanya menghasilkan 6,5 ton setiap hektarenya,” kata  Kepala Dinas Pertanian, Kota Madiun, Bangun Sutirta.

Adapun, SRI merupakan teknologi budidaya padi yang menitikberatkan penghematan sumber daya terutama air yang sangat cocok dikombinasikan dengan penggunaan pupuk organik.

Teknik tersebut menghemat penggunaan air hingga 30 persen dibandingkan menggunakan cara yang konvensional, benih hingga tujuh kilogram per hektare, dan waktu tanam bibit muda yang ditanam pada usia tujuh hingga 10 hari setelah penyemaian.

Sementara, produksi padi di wilayah Kota Madiun saat ini di kisaran 16.000 hingga 16.500 ton gabah kering panen (GKP). Jumlah tersebut menurun dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 16.900 ton.

(c)antarajatim