Menjaga Brantas, Mempertahankan Kehidupan

Catatan Hari Pertama Susur Brantas I sahabatsungai.or.id – Sahabat Sungai Indonesia mengawali perjalanan susur Brantas 1 di daerah Bunul, Malang pada sabtu(13/4) pagi. Tujuh personel yang menjadi bagian dari tim air melakukan penyusuran sungai, sementara empat personel yang tergabung dalam tim darat melakukan pengamatan pada lokasi-lokasi hulu sungai Brantas. Pemilihan lokasi kecamatan Bunul sebagai lokasi awal karena tempat ini menjadi pertemuan aliran dari hulu timur dan sebagian hulu barat, yang kemudian bertemu lagi dengan sungai yang berhulu di Sumber Brantas. Brantas, sungai dengan panjang aliran 320 Km (melintasi Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulung Agung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo dan kemudian lurus ke Laut Jawa (Selat Madura). Menghidupi lebih dari 14 juta jiwa penduduk Jawa Timur, yang digunakan untuk keperluan domestik, irigasi, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan perikanan. Anton Novenanto, sosiolog Universitas Brawijaya yang ikut bergabung bersama tim darat mengungkapkan bahwa peranan manusia bisa memberi perbedaan pada kawasan sungai. “Kita harusnya tidak hanya melihat bagaimana sungai mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, namun juga bagaimana politik manusia mempengaruhi kondisi sungai,” ungkapnya. Kemauan masyarakat untuk memperhatikan sungai pada akhirnya juga akan menyelamatkan kehidupan bersama. Merujuk pada data Badan Lingkungan Hidup dan penelitian Wahana Lingkungan Hidup, Konfigurasi titikmata air dan kebutuhan mata air di Malang Raya menunjukkan kecenderungan kritis. Kabupaten Malang misalnya, memiliki 873 sumber air dengan debit airnya bervariatif antara 1 liter perdetik – 4 ribu liter perdetik. Tahun 2008 tercatat sepertiga dari sumber air yang ada mengalami penurunan debit air. Sumber air di Batu dari 111 titik yang tersebar di Kecamatan Bumiaji sumber air yang ada 57 titik saat ini tinggal 28 titik. Sedangkan di Kecamatan Batu dari 32 sumber air tinggal 15 titik. Sementara itu sumber air di Kecamatan Junrejo dari 22 titik tinggal 15 titik Di Kota Malang sumber air PDAM Malang berasal dari 7 sumber air : Wendit, Karangan, Binangun, Banyuning, Supit Urang, Dieng, dan Candi Badut. Jumlah pelanggan yang dilayani sampai saat ini sebanyak 98 ribu pelanggan Sepanjang aliran Kalisari-Bango-Amprong-Brantas yang mengalir di tengah Kota Malang teridentifikasi adanya 107 mata air pada sisi kiri (Timur) dan kanan (Barat) Sungai, di mana banyaknya mata air di dominasi pada bantaran sebelah kiri (Timur) Sungai. (Kualitas air pada mata air tersebut masuk dalam golongan B, yakni air dapat diminum dengan perlakuan. Karakeristik pencemaran yang ada adalah menjelang masuk aliran Kali Amprong di bawah Jembatan Muharto hingga masuk aliran Kali Brantas di Tempuran Mergosono hampir 98% limbah didominasi oleh limbah domestik, yakni limbah yang berasal dari hunian rumah tangga maupun indsutri-industri rumahan semacam usaha pemotongan ayam. Sementara itu selepas aliran Kali Brantas di tempuran ke arah selatan, ditemui adanya limbah industri (2%) diantaranya adalah pencemaran industri pabrik kulit Cipto Mulyo, limbah industri Rumah Potong Hewan, limbah penggergajian kayu, limbah penggilingan padi (sekam), limbah ampas tahu, maupun limbah dari lairan buangan rumah sakit. “Tim menemukan beberapa titik gundukan sampah di sepanjang etape pertama. Ada juga bangunan-bangunan yang berbatas langsung dengan sungai,” ujar Nanang, salah satu anggota tim air. Sementara itu di wilayah hulu tim mendapatkan catatan bagaimana komunitas di Bulukerto mempertahankan sumber mata air dari desakan industri pariwisata. “Sesuai Perda seharusnya diwilayah tersebut tidak boleh dibangun hotel, karena tempat itu masih termasuk dalam kawasan lindung setempat,” terang Abdul Rokhman, bagian hukum Walhi Jatim yang turut mendampingi masyarakat. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa sumber mata air Gemulo merupakan salah satu sumber mata air tersisa yang masih bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat Batu. Temuan SSI di bagian hulu ini setidaknya perlu ditindaklanjuti dengan penggalian informasi lebih mendalam terkait perubahan yang terjadi dan juga bagaimana memberikan dukungan kepada komunitas yang memepertahankan kawasannya dari kerusakan. (c) Sahabat Sungai Indonesia