MALANG – Sebanyak 13 dari 33 kecamatan di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengalami krisis air bersih dan kekeringan akibat menyusutnya debit air di sejumlah sumber.
Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Malang Romdhoni, Selasa, mengatakan, untuk mengatasi krisis air bersih dan kekringan itu, pihaknya telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp16,7 miliar guna memasok air bersih dan membangun jaringan pipa di sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan itu.
“Jalan satu-satunya untuk mengatasi krisis air bersih ini adalah membuat sumur bor di sejumlah titik. Namun, untuk jangka pendeknya, kami pasok air bersih dari PDAM,” katanya, Selasa (11/09).
Ia mengakui, krisis air bersih tersebut disebabkan menyusutkan debit air, khususnya di daerah yang belum terlayani air bersih, baik PDAM maupun sumur bor.
Romdoni mengemukakan, selama musim kemarau ini, pengajuan bantuan air bersih terus meningkat, terutama di kawasan Malang selatan yang geografisnya berbukit dan tanahnya juga tandus.
Sebelumnya Kepala Bidang Permukiman Dinas Cipta Karya Pemkab Malang Renung mengatakan, warga di 13 kecamatan itu sudah mengirimkan surat permohonan untuk meminta bantuan air bersih.
Ke-13 kecamatan yang mengalami krisis air itu di antaranya adalah Kecamatan Jabung, Pakis, Lawang, Sumbermanjing Wetan, Poncokusumo, Tirtoyudo, Gedangan, Kromengan, Singosari, Donomulyo, Kalipare, Pagak serta Tumpang.
Lebih lanjut Renung mengatakan, setiap tahun di kecamatan itu pada saat memasuki musim kemarau selalu dilanda kekeringan, sehingga butuh pasokan air bersih.
Ia mengakui, saluran pipa yang dikelola himpunan pemanfaat air minum belum bisa optimal dan baru tersebar di 220 lokasi. Sarana perpipaan di perdesaan juga masih terlampau kecil, sehingga belum mampu menjangkau seluruh daerah yang krisis air bersih.
“Kami berharap masalah krisis air bersih dan kekeringan ini segera teratasi dan tahun depan sudah tidak ada lagi wilayah yang menjadi langganan kekeringan karena sudah ada sumur bor,” ujarnya. (Antara/Bsi)
(c) bisnis.com