Pada laporan kajian berjudul, “Krisis Iklim Memperluas Bencana di Jawa Timur: Mendorong Transformasi Paradigma Dalam Menghadapi Krisis Iklim.” Kami mengulas bahwa bahaya hidrometeorologi inilah yang pada dasarnya menyebabkan bencana iklim sebagai dampak panjang dari perubahan iklim atau yang umum disebut sebagai bencana hidrometeorologi. Kondisi inilah yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, khususnya Jawa Timur. Peningkatan bahaya hidrometerologi telah meningkat menjadi bencana yang merusak suatu wilayah. Alam secara alami memiliki siklus iklim yang mana kita kenal sebagai musim dan lebih spesifiknya cuaca. Perubahan iklim mendorong rusaknya siklus alami yang mendorong semakin meningkatnya resiko bencana, Huang dkk (2016) menyebutkan jika bahaya hidrometeorologi disebabkan oleh ekstrimnya kejadian iklim dan meteorologi seperti banjir, tornado atau puting beliung, kekeringan dan longsor.

Seperti kejadian bencana di Jawa Timur sepanjang 2022 ini yang mayoritas didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Data BNPB menyebutkan sepanjang bulan Januari sampai November awal 2022 ini terdapat 164 kejadian bencana hidrometeorologi yang tersebar hampir di seluruh titik Provinsi Jawa Timur. Bencana ini paling tidak menyebabkan 23,891 orang menjadi korban dan sekitar 1280 orang menjadi mengungsi. Berikut data bencana dapat dilihat pada pie chart di bawah ini:

Puting beliung mendominasi catatan bencana disusul oleh banjir, longsor dan kejadian lainnya. Sejalan dengan BNPB kami juga mencoba untuk melakukan perekapan jumlah kejadian bencana yang terjadi di Jawa Timur melalui informasi dari jejaring tapak bencana yakni warga yang terhubung dengan kami, serta dari jejaring media dan hasil penelusuran melalui kliping pemberitaan bencana. Kami mencatatkan bahwa terdapat kejadian bencana iklim yang beruntun terjadi terutama dalam rentang September hingga awal november ini, di mana terdapat kurang lebih 84 kejadian bencana iklim yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Berikut jumlah kejadian bencana iklim yang terjadi di Jawa Timur:

Bencana hidrometeorologi yang mengepung Jawa Timur adalah sebuah gambaran jika krisis iklim semakin parah. Karena itu hemat kami persoalan krisis iklim ini bukan hanya persoalan tata kelola atau sekedar tindakan membuat regulasi, tetapi benar-benar melihat persoalan krisis iklim ini sebagai problem yang dihasilkan oleh sistem terutama politik dan ekonomi, di mana dunia sekarang masih bertumpu pada liniear economic yang boros sumber daya. Sehingga menjawab problem bencana sebagai dampak krisis iklim adalah perombakan keseluruhan sistem politik dan ekonomi, baik aturannya berubah maupun praktiknya.

Kami juga menilai jika problem bencana di Jawa Timur juga bukan persoalan lokal tetapi nasional, sebab ancaman bencana ke depan akan lebih tinggi, di mana ada seperangkat regulasi yang melegitimasi eksploitasi seperti UU Cipta Kerja dan UU Minerba. Selain itu, belum adanya komitmen dalam membuat UU Perubahan Iklim juga menjadi kendala, ditambah RUU Energi Terbarukan yang masih memfasilitasi energi tinggi resiko seperti nuklir dan tidak ada niatan mengurangi batu bara dengan memaksakan co-firing sebagai energi terbarukan.

Kajian Lengkapnya dapat diunduh di link berikut:

Krisis Iklim Memperluas Bencana di Jawa Timur


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *