Menolak Lupa: 19 Tahun Pembunuhan Munir

“Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa.” – Milan Kundera

8 Desember 1965 merupakan hari kelahiran Munir Said Thalib atau yang akrab kami sapa Cak Munir. Artinya jika ia masih hidup saat ini, maka usianya adalah 58 tahun tepat pada 8 Desember 2023 kemarin.

Munir Said Thalib adalah pejuang HAM, semasa hidupnya ia terlibat dalam menangani dan mengadvokasi beberapa kasus pelanggaran HAM. Di Jawa Timur jejak advokasi Munir begitu banyak, salah satunya advokasi penggusuran dalam pembangunan Waduk Nipah di Sampang dan advokasi kasus pembunuhan Marsinah sang pahlawan buruh. Ia tercatat aktif membela hak buruh dan masyarakat kecil yang terpinggirkan

Munir lahir di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Ia juga merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Selekas menamatkan kuliah ia aktif di YLBHI-LBH Surabaya sebelum ke Jakarta untuk menjadi pengurus YLBHI Nasional. Ia juga terlibat dalam pendirian Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

Lalu sebagai Koordinator Badan Pekerja KontraS, Munir ikut menangani kasus penghilangan paksa dan penculikan para aktivis HAM pada tahun 1997-1998 dan mahasiswa korban penembakan pada Tragedi Semanggi (1998). Ia juga berperan aktif mengawal dan mengadvokasi kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Aceh pada masa Operasi Jaring Merah (1990-1998) dan Operasi Terpadu (2003-2004).

Pada 7 September 2004 saat melalukan penerbangan ke Amsterdam dari Jakarta, ia ditemukan meninggal dunia. Lalu terungkap bahwa ditubuhnya ada racun berjenis arsenik. Munir dibunuh oleh orang-orang yang berkuasa untuk membungkam kebenaran. Hingga saat ini aktor-aktor pembunuhan Munir belum terungkap.

Kematian Munir adalah tanda bahwa untuk bersuara benar dan jujur di Negara ini adalah ancaman. Serta tidak terungkapnya pembunuhan Munir meski bukti sudah gamblang adalah wujud bagaimana kekuasaan hari ini masih berwajah sama dengan sebelumnya saat Munir masih hidup.